Ada yang tak bisa dijelaskan dari bagaimana rumah dalam anime terasa begitu hidup. Mungkin karena ia tak sekadar ruang—melainkan perpanjangan dari rindu, waktu, dan perasaan. Dan Your Name membuktikan itu semua.
Dalam film anime Your Name (2016) karya Makoto Shinkai, rumah menjadi latar sekaligus penguat emosi: dari rumah kayu tradisional keluarga Mitsuha yang dikelilingi pegunungan, hingga apartemen sempit Taki di tengah Tokyo yang dipenuhi sinar kota. Kontras dua dunia ini justru menciptakan daya tarik spasial yang kuat. Yang satu intim dan sakral, yang lain sibuk namun personal.
Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Rumah dalam Your Name?
- Desain yang Membentuk Emosi
Rumah Mitsuha bukan hanya tempat tinggal—ia bagian dari ritual, tradisi, dan memori turun-temurun. Setiap elemen, dari engawa (teras kayu Jepang) hingga altar keluarga, menciptakan keintiman yang tak dibuat-buat. Sementara kamar Taki adalah ruang fungsional yang tumbuh bersama karakternya. Di dunia nyata, pendekatan ini bisa diterjemahkan sebagai contextual design—desain yang hidup bersama penghuninya. - Permainan Cahaya dan Tekstur
Kekuatan visual Your Name ada pada bagaimana cahaya pagi, langit senja, atau kilau lampu kota membentuk atmosfer ruang. Elemen ini bisa diadaptasi ke dalam desain interior melalui pencahayaan alami, pemilihan material dengan permukaan lembut, hingga pemanfaatan transisi ruang terbuka dan tertutup. - Ruang Sebagai Penghubung Waktu dan Memori
Film ini secara literal melintasi waktu. Tapi lebih dari itu, ia memperlihatkan bagaimana ruang bisa menyimpan jejak perasaan. Ini mengingatkan kita bahwa desain bukan hanya tentang bentuk dan fungsi, tapi juga tentang bagaimana manusia ingin dikenang di dalamnya.
Dari Layar ke Denah: Menerjemahkan Anime ke Dunia Nyata
Di Atelier NARK+, kami percaya bahwa inspirasi bisa datang dari manapun, bahkan dari film anime yang tak kita sangka akan menampar perasaan. Maka bukan hal yang aneh bila banyak orang kini ingin membawa sedikit Your Name ke dalam rumah mereka, baik lewat material natural, jendela besar dengan framing pemandangan, maupun lewat layout rumah yang mengalir, namun tetap personal.
Anime bukan sekadar tontonan. Ia bisa menjadi cermin dari rumah yang kita rindukan, tempat yang kita harap bisa membawa kita kembali, setiap kali kita tersesat di dunia yang terlalu cepat.