Memaksimalkan Pengalaman Pengunjung Museum dengan Teknologi Augmented Reality (AR)

Author

Museum merupakan wadah penyimpan sejarah, seni, sains, dan budaya yang memegang peran penting dalam melestarikan, mempelajari, serta memamerkan objek dan artefak bernilai signifikan. Dewan Museum Internasional (ICOM) mendefinisikan museum sebagai “lembaga permanen, non-profit yang melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, yang memperoleh, melestarikan, meneliti, berkomunikasi dan memamerkan warisan materiil dan imateriil kemanusiaan serta lingkungannya untuk tujuan pendidikan, studi, dan kesenangan.” Definisi ini menekankan konsensus global tentang peran museum dan pentingnya bagi masyarakat.

Dalam upaya meningkatkan pengalaman edukatif dan imersif yang ditawarkan museum, teknologi Augmented Reality (AR) muncul sebagai alat transformasi. Berbeda dengan Virtual Reality (VR) yang menciptakan lingkungan buatan sepenuhnya, AR menambahkan informasi digital—seperti suara, video, atau grafis—ke tampilan langsung lingkungan yang ada. Pengembangan teknologi AR telah berlangsung sejak tahun 1960-an, dengan tonggak penting termasuk sistem tampilan yang dipakai di kepala yang diciptakan oleh ilmuwan Amerika, Ivan Sutherland, pada tahun 1968. Istilah “Augmented Reality” sendiri dicetuskan pada tahun 1990 oleh peneliti Tim Caudell.

Teknologi AR menggabungkan dunia nyata dengan elemen virtual, memungkinkan pengguna untuk melihat dunia di sekitar mereka dengan informasi digital tambahan yang ditumpangkan. Hal ini dapat dicapai menggunakan perangkat seperti smartphone, kacamata pintar, atau headset khusus. Aplikasi AR bervariasi dari game dan bantuan navigasi hingga penyediaan informasi tambahan ketika kamera perangkat diarahkan ke objek atau artefak tertentu.

Menghadirkan Desain Interior Inovatif untuk Ruang Anda

Bayangkan berjalan melalui museum di mana setiap pameran menjadi hidup dengan cerita, konteks historis, dan wawasan, semua dapat diakses dengan sekali ketuk di smartphone Anda. Ini adalah kekuatan dari Augmented Reality, mengubah cara kita berinteraksi dan mengalami ruang.

Bayangkan sebuah ruang interior di mana dinding tidak hanya menyediakan dukungan struktural tetapi menjadi gerbang ke cerita imersif tentang karya seni yang dipamerkan atau sejarah bangunan itu sendiri. Atau bayangkan lingkungan ritel di mana pelanggan dapat terlibat dengan produk dengan cara yang sepenuhnya baru, mempelajari tentang pembuatan, desain, dan fitur mereka melalui tampilan AR interaktif.

NARK+ Design Bureau